Kaidah Qur’an kali ini membahas jangan melupakan kebaikan orang lain
وَلَا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ
Dan janganlah kamu melupakan kebaikan di antara kamu. (QS. Al-Baqarah: 237)
Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadikan semua hidup kita; perbuatan, ucapan, dan bahkan setiap hembusan nafas sebagai ibadah kepada Allah. Termasuk diantaranya ketika kita memberi dan diberi kebaikan. Ketika kita berada pada posisi pemberi kebaikan kepada orang lain maka kita diperintahkan untuk memberi dengan ikhlas tanpa pamrih. Tidak mengharapkan balasan atas kebaikan yang telah dilakukan itu, bahkan tidak mengharapkan ucapan terima kasih. Sebagaimana firman Allah ketika mengisahkan tentang sifat Al-Abrar yaitu orang-orang yang beruntung penghuni surga:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan: 8-9)
Hal ini, untuk menjadikan kita betul-betul hidup untuk Allah. Semua kebaikan; pemberian, sedekah, hadiah, dst kepada orang lain semata-mata untuk Allah bukan untuk manusia, kita mengharap balasan Allah bukan balasan manusia sehingga dengan inilah kita mewujudkan hakikat Tauhid dan kita tidak akan pernah kecewa dengan apa yang terjadi setelah itu, meski orang yang kita berikan kebaikan itu membalas air susu dengan air tuba.
Ketika kita berada pada posisi diberi, kita menerima kebaikan dari orang lain, maka Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak melupakan kebaikan tersebut, sekecil apapun kebaikan tersebut. Inilah kaidah Al-Qur’an; Jangan lupakan kebaikan. Allah berfirman:
وَلَا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ
Dan janganlah kamu melupakan kebaikan di antara kamu. (QS. Al-Baqarah: 237)
Karenanya Allah sangat murka kepada orang-orang yang mudah melupakan kebaikan. Seperti para istri yang buruk yang dengan mudahnya melupakan banyak kebaikan suaminya hanya lantaran satu kesalahan yang diperbuat suaminya. Rasulullah ﷺ bersabda:
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أكْثَرُ أهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ قيلَ: أيَكْفُرْنَ باللهِ ؟ قالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، ويَكْفُرْنَ الإحْسَانَ، لو أحْسَنْتَ إلى إحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شيئًا، قالَتْ: ما رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku pernah diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita, karena mereka sering berbuat kufur.” Beliau ditanya: “Apakah mereka berbuat kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengingkari pemberian dan kebaikan (suami). Bilamana engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang masa, sementara ia hanya melihat satu kesalahan saja darimu, ia akan mengatakan: “Aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”. (HR. Bukhari: 29)
Kita diperintahkan untuk mensyukuri nikmat tersebut. Berterima kasih atas kebaikan tersebut adalah bagian dari bentuk syukur kita kepada Allah. Rasulullah ﷺbersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah, seorang yang tidak beryukur (berterima kasih) kepada manusia.” (HR. Abu Dawud: 4811)
Dan lebih dari itu, kita pun diperintahkan untuk membalas kebaikan dengan kebaikan yang serupa. Bahkan, jika seandainya kita tidak sanggup untuk membalasnya dengan sesuatu yang serupa maka balaslah dengan do’a. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barang siapa yang berbuat kebaikan kepada kalian maka balaslah, apabila kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya maka do’akanlah dia hingga kalian melihat bahwa kalian telah membalasnya.” (HR. Abu Dawud: 1672)
Dari Jubair radhiallahu’anhu ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي أُسَارَى بَدْرٍ لَوْ كَانَ الْمُطْعِمُ بْنُ عَدِيٍّ حَيًّا ثُمَّ كَلَّمَنِي فِي هَؤُلَاءِ النَّتْنَى لَتَرَكْتُهُمْ لَهُ
Nabi ﷺ berkata di hadapan para tawanan perang Badar, “Seandainya Al Muth’im bin ‘Adiy masih hidup lalu dia berbicara kepadaku untuk pembebasan orang-orang busuk ini pasti aku lepaskan mereka kepadanya tanpa tebusan”. (HR. Bukhari: 3139)
Hal ini dilakukan oleh Rasulullah ﷺ karena Muth’im lah yang dahulu pernah melindungi (memberikan jaminan keamanan) Rasulullah ﷺ dari kejahatan penduduk Makkah ketika beliau ﷺ kembali dari Thaif.
مرَّ سعيد بن العاص بدار رجل بالمدينة، فاسْتسقى، فسَقَوْه، ثم مرَّ بعد ذلك بالدار ومُنادٍ يُنادي عليها فيمَن يَزيد، قال لمولاه: سلْ لَم تُباع هذه؟ فرجَع إليه، فقال: على صاحبها دَينٌ، قال: ارجع إلى الدار، فرجع فوجَد صاحبها جالسًا وغريمه معه، فقال: “لِمَ تبيع دارك؟ قال: لهذا عليّ أربعة آلاف دينار، فنزل وتَحدَّث معهما، وبعَث غلامه، فأتاه ببَدرة، فدَفَع إلى الغريم أربعةَ آلاف، ودفَع الباقي إلى صاحب الدار، ورَكِب ومضى.
Sa’in bin Al-‘Ash pernah melewati rumah seorang laki-laki di Madinah. Kemudian Sa’id meminta minum, lalu pemilik rumah pun memberikan minum kepadanya. Beberapa waktu setelah itu, Sa’id kembali melewati rumah tersebut, pada saat itu terdengar seorang tengah berteriak kepada siapa yang mau menambah harga rumah (rumah sedang dilelang). Sa’id pun berkata kepada pembantunya:’ Tanyakanlah, kenapa rumah ini dijual?’ Setelah pembantunya bertanya dan kembali ia berkata kepada Sa’id: ‘Pemiliknya memiliki hutang.’ Said pun kembali ke rumah tersebut dan mendapati pemilikinya tengah duduk bersama pemberi hutang. Sa’id bertanya: ‘Kenapa engkau menjual rumahmu?’ Pemilik rumah menjawab: ‘Aku memiliki hutang kepada orang ini sebanyak 4000 Dinar [1] (16,4 M). Sa’id kemudian turun dari tunggangannya dan berbicara dengan mereka berdua. Ia mengutus pembantunya (untuk mengambil harta) lalu ia datang dengan membawa Badrah [2] (7000 dinar). Sa’id pun memberikan 4000 Dinar kepada pemberi hutang dan memberikan sisanya (3000 Dinar) kepada pemilik rumah. Lalu ia pun menaiki tunggangannya dan pergi. (Dinukil secara ringkas dari Alukah.net dengan judul Syukru An-Nas)
______________________
[1] 1 Dinar = 4,25 gram emas setara dengan 4,25 x 964.000 (harga emas 4 Juni 2021) = 4.097.000. Sehingga 4000 dinar = 16.388.000.000
[2] Badrah adalah 1000 Dirham = 7000 Dinar. Karena 10 Dirham serata dengan 7 Dinar
Allahu Akbar, lihatlah apa yang diperbuat oleh sahabat Nabi yang mulia ini. Ia membalas kebaikan satu gelas air minum dengan 7000 Dinar yang sekarang setara dengan Rp 28.679.000.000 (28,7 Milyar)
Diceritakan oleh murid terdekat beliau yaitu Rabi’ bin Sulaiman:
أَخَذَ رَجُلٌ بِرِكَابِ الشَّافِعِي فَقَالَ : يَا رَبِيْعُ أَعْطِهِ أَرْبَعَةَ دَنَانِيْرَ وَاعْذَرْنِي عِنْدَهُ
Seorang laki-laki memegangi pijakan kaki dari pelana tunggangan Syafi’i, maka beliau pun berkata: Wahai Rabi’ berikanlah laki-laki ini 4 Dinar dan mintakanlah maaf untukku kepadanya. (Hilyah Al-Auliyah, dinukil dari Islamweb)
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud yang berkaitan dengan shalat Jum’at sekaligus memberikan pelajaran kepada kita perihal wajibnya kita membalas kebaikan orang-orang yang pernah berbuat baik kepada kita.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ وَكَانَ قَائِدَ أَبِيهِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ بَصَرُهُ عَنْ أَبِيهِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ النِّدَاءَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ تَرَحَّمَ لِأَسْعَدَ بْنِ زُرَارَةَ فَقُلْتُ لَهُ إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ تَرَحَّمْتَ لِأَسْعَدَ بْنِ زُرَارَةَ قَالَ لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ جَمَّعَ بِنَا فِي هَزْمِ النَّبِيتِ مِنْ حَرَّةِ بَنِي بَيَاضَةَ فِي نَقِيعٍ يُقَالُ لَهُ نَقِيعُ الْخَضَمَاتِ قُلْتُ كَمْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ قَالَ أَرْبَعُونَ
Dari Abdurrahman bin Ka’b bin Malik -dia adalah seorang yang selalu menuntun ayahnya setelah ayahnya buta- dari ayahnya yaitu Ka’ab bin Malik, bahwa apabila dia mendengar adzan pada hari Jum’at (Shalat Jum’at), dia memohonkan rahmat untuk As’ad bin Zurarah. Lantas aku bertanya kepadanya; “Mengapa setiap kali mendengar adzan Jum’at ayah selalu memohonkan rahmat untuk As’ad bin Zurarah?” Beliau menjawab: “Karena dia adalah orang yang pertama kali sebagai pelopor pelaksanaan shalat Jum’at di tengah-tengah kami di Hazmin Nabit yang terletak di Bani Bayadhah di Baqi’ yang biasa disebut Naqi’ul Khadhamat.” Aku bertanya; “Berapakah jumlahnya ketika itu?” Beliau menjawab: “Empat puluh orang.” (HR. Abu Dawud: 1069, dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Lihatlah sahabat Nabi yang mulia ini Ka’ab bin Malik, setiap mendengarkan azan Jum’at ia mendo’akan As’ad bin Zurarah karena ialah orang yang memberikan kebaikan kepadanya berupa penunaian shalat jum’at dan tata caranya.
Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi
Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom
Mengetahui cara mengakses dan mengelola kata sandi Wi-Fi adalah keterampilan yang berguna dalam era digital ini. Namun, penting untuk selalu mengingat aspek etika dan keamanan dalam proses tersebut. Mengakses jaringan Wi-Fi tanpa izin bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga dapat membahayakan keamanan data pribadi Anda dan orang lain.
Sebagai pengguna internet yang bertanggung jawab, kita harus selalu menghormati privasi orang lain dan mengikuti prosedur yang tepat untuk mengakses jaringan Wi-Fi. Jika Anda membutuhkan akses internet, ada banyak alternatif legal yang dapat dipertimbangkan, seperti menggunakan hotspot seluler pribadi atau mencari Wi-Fi publik yang tersedia secara resmi.
Selain itu, sebagai pemilik jaringan Wi-Fi, penting untuk selalu menjaga keamanan jaringan Anda dengan menggunakan kata sandi yang kuat, mengaktifkan enkripsi yang tepat, dan secara berkala memperbarui pengaturan keamanan router Anda. Dengan memahami dan menerapkan praktik-praktik keamanan yang baik, kita dapat menikmati manfaat konektivitas internet sambil tetap melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari potensi ancaman keamanan siber.
Akhirnya, ingatlah bahwa teknologi terus berkembang, dan demikian pula dengan metode untuk mengamankan dan mengakses jaringan Wi-Fi. Tetap update dengan perkembangan terbaru dalam keamanan jaringan dan selalu prioritaskan etika dan legalitas dalam penggunaan teknologi. Dengan pendekatan yang bertanggung jawab, kita dapat memaksimalkan manfaat konektivitas digital sambil meminimalkan risikonya.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Liputan6.com, Jakarta Cara mengetahui kata sandi IG yang lupa menjadi suatu keahlian yang sangat berguna, terutama bagi pengguna yang seringkali lupa kata sandi. Sebagai platform media sosial global yang berisi fitur menarik, Instagram menawarkan pengalaman berbagi foto dan video yang tak tertandingi. Namun, dalam kecanggihan teknologi saat ini, keamanan akun menjadi aspek yang tak boleh diabaikan.
Kata sandi Instagram menjadi pagar pertahanan utama yang melindungi informasi pribadi pengguna dan mencegah akses tidak sah dari pihak luar. Pentingnya memiliki kata sandi yang kuat untuk meminimalisir risiko pencurian identitas dan pelanggaran privasi. Tetapi, tidak jarang pengguna mengalami momen dimana mereka lupa kata sandi mereka sendiri. Oleh karena itu, mengetahui cara mengetahui kata sandi IG yang lupa menjadi solusi efektif.
Cara mengetahui kata sandi IG yang lupa dapat dilakukan dengan mudah melalui berbagai perangkat, termasuk iOS, Android, serta PC atau Laptop. Namun, cara login lain ketika lupa kata sandi juga perlu dipahami pengguna Instagram. Berikut cara mengetahui kata sandi IG yang lupa dan cara login lain ketika lupa kata sandi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (5/1/2024).
CEO Meta Mark Zuckerberg menyebut lebih dari 10 juta akun Instagram telah tertaut dengan profil di Threads. Namun, belakangan baru terungkap kalau pengguna Threads tidak bisa serta merta menghapus akunnya. Kok bisa?